Jakarta-Palembang 100 Ribuan. Emang Bisa?


Libur sekolah adalah waktu yang tepat untuk berlibur bersama keluarga. Terutama bagi bapak/ibu guru atau bahkan anak sekolahan yang terkendala sama absen dan nilai raport, inilah masanya dimana kita bisa kumpul keluarga dan liburan bareng tanpa harus ada bolos absen atau izin sakit kamuflase aka. surat sakit palsu (inget masa sekolah dulu suka minggat).

Tapi memang masa-masa liburan sekolah yang biasa disebut sebagai peak season ini sungguh menyakitkan isi dompet untuk liburan. Boro-boro promo potongan harga, harga tiket transportasi dan akomodasi tiba-tiba terbang tinggi bagai pesawat ulang-alik yang mau ngebom meteor di film Armagedon (ketauan banget kan umurnya :p).

Jadi bagi warga kota pempek yang lagi liburan di Jakarta atau mau liburan ke Jakarta dan pengen irit duit, mungkin cerita ngeluyur berikut bisa jadi referensi untuk balik kampung dengan lebih hemat dan menyenangkan meski sedikit menyita waktu.

=================
Cerita berawal dari liburan kami di bulan Juni 2019 yang memang dipilih supaya bisa ajak si adik sang "cabe" ke ibu kota Jakarta. Tidak perlu diceritakan tentang kemewahan bepergian via pesawat dengan maskapai Garuda Indonesia dari Palembang ke Jakarta karena kita semua tau bahwa harganya sebanding dengan yang kita dapatkan. Tapi yah berhubung ngajak emak-emak kan gak tega juga buat diajak susah payah ngirit duit ala backpackeran.

Pulangnya dari Jakarta barulah si cabe ini merasakan betapa asyiknya kalo jalan bareng si abang yang super irit dan lebih nyaman hidup menderita di jalan kalo jalan-jalan dibanding bermewah-mewah nginep di hotel dan pesawat kelas eksekutif.

Kami mulai perjalanan balik dari rumah kakak di daerah Rawamangun naik grab car ke Stasiun Jatinegara. Dengan berbekal KUE (Kartu Uang Elektronik) yang memang sudah disediakan saldonya untuk masa-masa di Jakarta, kami mulai tap kartu di gerbang masuk stasiun Jatinegara untuk naik KRL (Kereta Rel Listrik) yang merupakan salah satu moda transportasi terpopuler di Jakarta dan sekitarnya. Tentu saja karena ongkosnya terbilang murah, bebas macet, dan bisa dikatakan cukup nyaman untuk jam-jam operasional tertentu (kecuali jam sibuk pekerja pergi dan balik kantor yak).

Peta Jalur KRl (Sumber: terguhberiman.wordpress.com)

Sayangnya saat itu kami berangkat kesorean karena waktu sudah menunjukkan lebih kurang pukul 17.00 yang akan berdampak pada jadwal perjalanan menuju Pelabuhan Meraknya nanti ditambah kami harus menunggu mobil grab, jalan kaki ke stasiun, dll. yang tentunya tiap detik waktu saat-saat seperti ini tentu sangat berarti.

Tapi kami nekat tetep lanjut saja karena di Lampung kami emang sudah ada rencana buat mantai ke Pahawang (lagi) yang kali ini kami pilih untuk ikut One Day Trip saja biar tidak repot dan keluar anggaran yang lebih besar pas di Lampungnya. Padahal ya kalo mau santai bisa saja kami memilih naik bus Damri dari Terminal Damri di Gambir. Tapi tentu akan melebihi anggaran yang diinginkan dan sekaligus hasrat ingin tau dan mencoba menjajal rute darat via kereta sudah sangat tinggi di ubun-ubun hingga tidak tertahankan.

Butuh 2X transit kalau kita dari arah Stasiun Jatinegara untuk menuju Stasiun terakhir yakni Stasiun Rangkasbitung di Provinsi Banten. Kami harus transit di Stasiun Manggarai dan lanjut naik KRL lagi menuju Stasiun Tanah Abang yang menjadi stasiun transit kedua sebelum kami memulai perjalanan panjang (lebih kurang 2 jam) menuju Stasiun Rangkasbitung. Kalau ada yang pernah naik KRL menuju BSD, nah keretanya yang arah itu juga kalau mau ke Rangkasbitung.

Untuk jadwal keberangkatan silahkan klik di link berikut ini.
Jadwal Keberangkatan KRL Update Februari 2019

Ada 3 stasiun terminus (katakanlah perhentian akhir untuk beberapa trayek kereta) di rute ini, yakni Stasiun Serpong, Stasiun Parung Panjang, dan yang terakhir nun jauh di sana – Stasiun Rangkasbitung yang kami tuju untuk lanjut naek kereta ke Merak. Jadi kalau terburu waktu, perhatikan benar-benar jadwal KRL yang menuju ke Rangkasbitung supaya tidak keteteran seperti kami ini dan tidak salah jadwal kereta.

Kami tiba di Stasiun Rangkasbitung sekitar pukul 23.50 dan itu menandakan bahwa kami sudah ketinggalan kereta lokal terakhir yang menuju Pelabuhan Merak. Tap KUE, ternyata saldo yang kepotong Cuma Rp12.500,00 saja. Murah banget kan untuk perjalanan berjam-jam di kereta. Wajar saja kalau KRL ini jadi salah satu transportasi terfavorit warga Jabodetabek, soalnya sangat murah.

Sialnya ternyata Rangkasbitung itu bukan kota besar, berasa kayak lagi di pasar induk Jakabaring kalau di Palembang tapi tanpa pasar induknya. Bingung mau menghabiskan 3 jam di mana, akhirnya saya ngomong ke penjaga stasiun supaya setidaknya si cabe bisa tidur di mushollah atau areal dalam stasiun supaya dia bisa istirahat secara nyaman dan aman. Alhamdulillah ternyata diperbolehkan untuk yang perempuan tidur di mushollah stasiun (padahal kan ngarepnya si abangnya ini juga dibolehin).



Taman Hati - Tempat yang nyaman buat nunggu keberangkatan kereta

Titip tas ke si cabe, aku jalan-jalan dikit keliling areal stasiun sekitar 1 atau 2 kilometer. Setelah berjalan beberapa lama, akhirnya aku ketemu sama sebuah taman kota yang kurasa cukup nyaman buat ngemper ngabisin waktu beberapa jam untuk naek kereta pertama menuju Pelabuhan Merak (jadwal keretanya sih jam 4an kalau tidak salah). Cek di google maps, ternyata taman ini tidak begitu jauh dari stasiun, bisa jadi referensi tempat ngemper kalo ramean sama temen-temen cowok dan ketinggalan kereta di trip selanjutnya nih.

Harga tiket kereta dari Stasiun Rangkasbitung ke Pelabuhan Merak cuma Rp3.000,00, dan kalau kita takut kehabisan tiketnya kita bisa pesan tiket melalui aplikasi KAI Access lewat gadget masing-masing dengan memilih rute kereta lokal.

Tidur nyaman di kereta yang bisa dikatakan mewah (setara kereta stainless steel kelas ekonomi premium rute Kertapati-Tanjungkarang kayaknya), tiba-tiba kebangun sudah sampe aja di stasiun terakhir di Pelabuhan Merak. Saat itu sepertinya sudah sekitar jam 07.00. Tak perlu jalan jauh, kalau kita naik kapal ferry ekonomi gerbang menuju kapal tinggal naik tangga dari stasiun itu saja, nanti ada penjaga dari pihak pelabuhan yang menarik uang karcis masuk sebesar Rp15.000,00 dan kita langsung jalan melalui skybridge menuju kapal yang akan kita naiki. Tapi kalau kita mau naik kapal ferry dari pelabuhan eksekutif kita harus jalan kaki dulu keluar stasiun dan masuk ke gerbang pelabuhan eksekutif. Dan itu lumayan jauh pake banget buat jalan kaki. Sementara mau pesan transportasi daring tetep tanggung karena kita tetep harus jalan keluar areal stasiun yang tetap jauh. Jadilah kami naik kapal ferry ekonomi meski waktu yang kami punya sudah defisit berjam-jam lantaran ketinggalan kereta malemnya.

Ciyeee, ngantuk ye. Ilernye ampe meler2

Oh ya, saat ini semua pelayanan pembelian tiket ferry di ASDP juga harus menggunakan KUE. Jadi pastikan KUE kalian sudah memiliki saldo yang cukup supaya tidak ada masalah dan kendala untuk cari-cari minimarket guna top up saldo.

Bagi yang mau aman, bisa pesan tiketnya dulu secara daring melalui situs https://tiket.indonesiaferry.co.id/ atau melalui aplikasi ASDP Indonesia Ferry yang bisa diunduh ke gadget sobat ngeluyur. Tapi pastikan jadwal ketibaan kalian di pelabuhan keberangkatan cukup yah. Jangan sampai ketinggalan kapal.

Tiba di Provinsi Lampung, ada 2 opsi transportasi yang bisa kita gunakan untuk menuju ke kota Bandarlampung dari Pelabuhan Bakauheni. 1) kita bisa naik bis umum dengan tarif Rp25.000,00 (atau Rp30.000,00 lupa) dengan rute dari Pelabuhan Bakauheni ke Terminal Bus Rajabasa, 2) kita bisa naik mobil travel lokal dengan tarif Rp50.000,00 yang siap mengantar kita ke lokasi tujuan tanpa perlu repot cari angkutan baru menuju tujuan akhir. Dan kami pilih naik travel karena kami akan menginap di sebuah penginapan yang tidak dilalui si bis umum tadi.

Lanjut di hari keberangkatan balik ke Palembang.
Dengan tiket kereta api ekonomi yang sudah di tangan kami pun memulai perjalanan balik dari Stasiun Tanjungkarang menuju akhir perjalanan Stasiun Kertapati. Tiket kereta api kelas ekonomi dari Tanjungkarang ke Kertapati seharga Rp32.000,00, dan harus sudah kita booking secepatnya karena memang tidak bisa dadakan cari tiket kereta untuk kelas dan rute ini karena hanya ada 1X perjalanan per-hari. Untuk kereta kelas Eksekutif dan Ekonomi Premium (dulunya bisnis) juga hanya 1X perjalanan dengan jam keberangkatan di malam hari. Kereta dari Tanjungkarang berangkat sekitar pukul 8.30 dan kami sampai kembali ke Palembang sekitar jam 19.00 (sudah biasa sampe Palembang di luar jadwal kereta karena jalurnya masih single trek dan harus gentian sama kereta batubara).

So, semoga ringkasan perjalanan tadi bisa jadi salah satu referensi bagi sobat ngeluyur yang suka keluyuran naik transportasi darat dan berhemat.


Budgetary :
  • KRL Stasiun Jatinegara-Stasiun Rangkasbitung Rp12.500,00
  • Kereta Lokal Rangkasbitung-Merak Rp3.000,00
  • Ferry kelas ekonomi Rp15.000,00
  • Tarif angkutan Pelabuhan Bekeuheni-Bandar Lampung 
    • Bis Rp35.000,00
    • Travel Rp50.000,00
  • Kereta Tanjungkarang-Kertapati kelas ekonomi Rp32.000,00
  • Biaya tamabahan makan, dll. bisa dialokasikan sendiri sesuai kebutuhan.

Komentar