Majestik Sunrise & Keindahan 2 Kawah G. Kaba - Trip 26-29 Mei 2022 - Part 3

Hari yang melelahkan hampir berakhir.

Tapi sungguh, habisnya siang tidak mengakhiri petualangan di gunung Kaba ini berhenti seketika. Seiring sang mentari kembali ke peraduan, dimulai juga dunia baru yang begitu menghanyutkan. Derik jangkrik bernyanyi menambah kegirangan rumput yang bergoyang. Dingin angin semilir mengantar sang malam dengan bintang gemintang bertabur menanti di punggungan. Hingga mentari kembali ke singgasananya dan kembali menerangi cakrawala.

Malam itu, mata kami dimanjakan dengan indahnya taburan bintang yang begitu meriah di atas kepala. Rasa syukur tak henti-hentinya kami ucapkan kepada Allah swt. atas berkah cerah ini yang diberikan-Nya. Malam itu, mungkin adalah malam dengan langit terindah yang pernah kami pandang.

Sungguh nikmat mana lagi yang kau dustakan?!

Terlahir dalam keluarga dengan agama yang baik dan benar, bertemu teman-teman yang sayang dan cinta sepenuh hati kepada kita, diberi sehat dan rejeki yang cukup, dan diberi kesempatan yang pas untuk menikmati semua keindahan ciptaan Allah ini.


Sungguh indah menikmati langit malam hingga rasanya sukar untuk memjamkan mata dan masuk ke tenda. Namun kami tahu dan sadar betul bahwa kami bukan tim atletis, kami hanya kaum mageran yang butuh istirahat karena besok adalah hari baru dimana kami harus kembali berjibaku untuk summit.

== DAY 2 ==

Kami bangun disambut sang mentari yang indah menari di ufuk timur bumi Raflesia. Mega kemerahan menyingsing seiring sang surya kembali ke singgasananya. Sungguh pemandangan yang indah tiada tara khas si anak fajar.

Foto lainnya tidak terselamatkan T_T

Setelah menikmati indahnya pemandangan sang fajar, kami pun bersegera membersihkan diri dengan ala kadarnya serta membereskan barang dan bersiap untuk ke puncak.

Tujuan kali ini bukan puncak sejati G. Kaba, tapi kami ingin turun ke kawah dan merasakan sensasi mendekati kawah gunung yang menggelegak (hiperbola banget yak :lol ).



Salah satu keunggulan posisi kemah yang kami pilih selain dekat dengan sumber mata air mengalir, juga dekat dengan rute menuju kawah. Ini sangat memudahkan kita yang ingin melanjutkan petualangan kita tidak hanya berkemah ceria tapi juga merasakan deg deg ser jantung melalui jalur yang menurut saya cukup ekstrim untuk menuju kawah.




Kabutnya tiba-tiba turun

Kita harus turun tebing ke aliran sungai kecil di sisi kiri tenda kita dengan kemiringan mungkin sekitar 60-70 derajat di beberapa bagian tebingnya. Lalu naik lagi dengan tingkat kemiringan yang kurang lebih sama sebelum menapak di lahan yang cukup landai hingga ke tepi kawah pertama (kawah mati).



Setelah sampe sini kabutnya alhamdulillah hilang, jadi pemandangannya bisa pol

Sebelum turun ke kawah mati, kita akan disuguhkan pemandangan yang jauh lebih indah dibanding saat kita masih di area perkemahan mengingat ketinggian kita saat itu sudah naik beberapa puluh meter.

Selain itu juga posisi kita yang ada di punggungan kawah mati ini memungkinkan kita mendapat dua area pemandangan sekaligus. Di sisi kiri kita dapat menikmati indahnya pemandangan menuju Puncak Gajah dan lembahnya yang terdampar luas. Di sisi kanan kita bisa menikmati pemandangan lubang kawah yang curam namun indah untuk dipandang mata.


FYI, disebut Puncak Gajah karena bentuknya yang menyerupai gajah. Dan akan terlihat lebih mirip gajah di saat perjalanan nanjak mengintip dari balik pepohonan yang mulai berganti dari pohon berkanopi tinggi menjadi perdu dan rerumputan. Di lembah di bawah Puncak Gajah ini juga terdapat danau tadah hujan yang bisa dijadikan sumber air apabila kita ingin menggelar tenda di sana, namun tidak akan sebaik air mengalir. 

Seringkali ketika ada agenda atau acara yang digelar di puncak G. Kaba, lembah di kaki Puncak Gajah ini akan dijadikan area tenda yang akan terasa sangat padat karena akan ada banyak tenda di mana-mana. Misalnya saat kami nanjak kemaren, selisih 2 hari kedepannya akan ada acara camping bersama (saya lupa acara apa), tapi pesertanya banyak buanget.



Jalur landai

Ada dua jalur yang bisa kita pilih untuk turun ke kawah mati ini. Jalur yang lebih dekat tapi curam, atau yang lebih jauh tapi lebih landai. Dan kami memilih jalur yang lebih landai untuk meminimalisir kecelakaan karena menurun akan lebih riskan dibanding menanjak kalau jalurnya memiliki tingkat kemiringan yang cukup ekstrim.


Pemandangan dari bibir kawah mati ke sekitar tidak kalah indah dibanding saat kita dari atas melihat ke arah kawah. Bayangkan gunung itu masih ada, posisi kita saat ini pas di dalam tanah di dekat corong aliran magma. Mencoba membayangkan dahulu posisi kita berdiri merupakan badan gunung adalah sesuatu yang di luar imajinasi. Sungguh betapa kecilnya kita saat itu sangat terasa. Maka siapkah kita menghadap sang pencipta yang maha besar di harinya kelak?



pemandangan kawah mati dari tebing pembatas kawah mati dan kawah hidup

Lepas dari mengarungi lantai berpasir hitam di kawah mati, kami melanjutkan perjalanan dengan kembali menanjak tebing curam menuju kawah hidup. Kawah hidup ini adalah kawah yang masih sangat aktif dan aktifitasnya masih dapat dirasakan dan diamati dengan mudah.




Kawah hidup

Jalur yang dilalui cukup berat, tinggi, dan terjal. Jadi memang harus ekstra hati-hati. Ketinggian yang harus dilewati lebih kurang sama dengan tebing2 lainnya di jalur yang kita lalui ini. Pilih pijakan dan pegangan batu yang kokoh untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Begitulah yang selalu saya katakan dan ingatkan kepada rekan-rekan saya dan diri saya sendiri. Tapi apa mau dikata ketika balak akan datang. Di hari itu sepatu yang telah menemani saya mengarungi 4 gunung sepertinya sudah minta dimuseumkan. Sol alas sepatu saya tiba-tiba terkelupas dan membuat saya tergelincir dan jatuh di pinggiran tebing.

Kaki terluka dan tulang ekor nyeri karena terbentur bebatuan. Cukup rasa syukur saya panjatkan kepada Allah swt. yang menghindarkan saya dari balak yang lebih besar. Terjungkal dan jatuh lebih jauh ke bawah misalnya.




asap belerang menyembul di antara tanah pijakan

Sesampainya kita tiba di atas, jalur turun menuju kawah hidup ini cukup landai miring sehingga kita bisa jalan santai sambil jungkir balik selodor merosot mengingat jalur-jalur yang kita lalui sejak pagi keluar dari tenda. Di sepanjang perjalanan menuju bibir kawah belerang akan kita jumpai asap2 belerang yang menerobos tanah sekitar. Dalam keadaan berbeda akan sangat majestik bagaikan di dunia peri. Tapi saat ini kita sedang berada di dalam kawah gunung berapi yang aktif, jadi kita harus tetap hati-hati. 

ini bukan pantai

Tips 1:

Kalau mau summit pagi setelah matahari terbit seperti kami, jangan lupa bawa kompor, nesting, air, dan makanan. Karena kita bisa sambil bersantai istirahat di tepi kawah sambil brunch. Jadi begitu turun ke tenda kita bisa santai beristirahat sambil bongkar tenda menjelang turun gunung.

konsentrasi belerang dari semburan kawah gunung

Lanjut Ke Part 4

Komentar