Destinasi apa
yang pertama kali akan terlintas dalam pikiran sobat ngeluyur saat jalan-jalan ke Provinsi
Lampung?
Saya yakin
Pahawang akan menjadi salah satu pilihan yang terlintas pertama kali. Maklum Taman Laut Pahawang dengan beberapa pulau dan perairannya di sekitar P. Pahawang Besar dan P. Pahawang Kecil sudah sangat terkenal
dengan keindahannya. Saya sendiri sudah beberapa kali ke Pahawang
tapi tidak pernah merasa bosan main air di sana.
Tapi
bagaimana kalau kita terdampar di Bandar Lampung kurang dari sehari atau lagi transit kota dan menanti jadwal keberangkatan transportasi selanjutnya lalu suntuk kalau cuma duduk-duduk atau jalan di mal?
Nah kali ini ngeluyur.com akan menceritakan kisah perjalanan kami yang saat itu baru sampe sekitar jam 11 siang di kota Bandar Lampung dan harus menunggu beberapa jam untuk agenda kami yang selanjutnya.
Nah kali ini ngeluyur.com akan menceritakan kisah perjalanan kami yang saat itu baru sampe sekitar jam 11 siang di kota Bandar Lampung dan harus menunggu beberapa jam untuk agenda kami yang selanjutnya.
Pada Juni 2019 lalu kami terdampar kesiangan di Bandar Lampung karena
waku perjalanan kami yang molor hingga 6 jam dari rencana awal (Baca: Jakarta-Palembang 100 Ribuan. Emang Bisa?).
=========================
asyiknya maen ayunan di Pantai Mutun |
Hari itu
matahari sudah sangat terik, bahkan AC di mobil travel ini pun hampir tidak terasa saking pengapnya cuaca. Kami – saya dan adik saya si cabe rawit keriting busuk – tiba di Bandar Lampung tepatnya di Mess Saddam yang telah kami booking sehari
sebelumnya untuk bermalam hemat di Bandar Lampung.
Berhubung
semalaman kurang tidur dan kelelahan, si cabe langsung plek tidur di kamar
penginapan. Rencana hari itu saya pengen ajak dia jalan-jalan rada jauh
bermotor ke arah Kalianda pun sirna sudah karena membutuhkan berkendara paling tidak sekitar 2 jam untuk ke sana. Akhirnya setelah mutar otak daripada
butek di kota, menjelang sore sekitar jam 2 lewat saya ajak dia jalan-jalan ke
arah Teluk.
Kami menyewa
sebuah sepeda motor dari tempat langganan di daerah Teluk Betung. Memang cukup
mahal kalau dibanding di daerah lain terutama Bali dan Jogja, ya maklum di sana
pariwisata sudah terbilang maju dan operator penyewaan kendaraan juga banyak
sehingga persaingan harga cukup sengit. Tapi daripada sulit transportasi
mendingan keluar sedikit lebih. Lagipula kalau kita hitung dari ongkos aplikasi
transportasi daring, akan jauh lebih hemat kalau kita sewa sendiri. Saran saya
kalau mau sewa motor kontaklah maksimal seminggu sebelum hari H (lebih cepat lebih baik) karena yang nyewa cukup rame dibanding stok motor yang ada.
jalan-jalan di pasir pantai mutun yang halus tapi sedikit berbatu |
Ngomong-ngomong
di tempat yang katakanlah langganan kami ini harganya hanya termasuk 1 helm ya.
Jadi bagi yang boncengan harus keluar uang tambahan sebesar Rp50.000,00 untuk
penambahan 1 buah helm lagi. Rekan-rekan ngeluyur juga bisa cari tempat sewa
yang lain, di IG juga sudah ada beberapa akun yang menyediakan penyewaan motor
dan mobil dengan harga bervariasi. Jadi tinggal kita hitung mana yang lebih
kompetitif lagi bisa dipercaya.
Cuaca panas
gerah sewaktu kami tiba di kota Bandar Lampung tiba-tiba berubah. Dari kota bandar Lampurng rencananya mau ke P. Maitem, tapi sayangnya kami sempat dihadang hujan sehingga kami pun melipir ke pantai cantik terdekat yakni Pantai Mutun. Kami tiba di
Pantai Mutun dengan cuaca yang sedikit mendung. Tapi syukur alhamdulillah hingga kami kembali malamnya
cuaca tidak menjadi semakin memburuk bahkan sedikit cerah menjelang malam.
Pantai
Mutun terletak di Kabupaten Pesawaran sekitar 30 menit perjalanan kendaraan
bermotor dari kota Bandar Lampung. Dulu pertama kali saya berkunjung ke pantai
ini, pantainya masih sangat asri. Sekarang keindahannya tetap bisa memanjakan
mata meski pantainya sudah banyak berubah.
Di seberang
pantai Pulau Tangkil masih dengan anggunnya bagai menarik-narik saya untuk
menuju ke sana. Sayang sekali waktu sudah terbilang sore dan cuaca sedang kurang bersahabat untuk nyebrang ke sana. Jadilah kami hanya menikmatinya dari kejauhan bagaikan cinta bertepuk sebelah tangan. Padahal keindahan pulau itu masih terbayang di mata ini saat pertama kali saya ke P. Tangkil.
Foto lama di P. Tangkil pun keluar |
Flash back sedikit, di Pulau
Tangkil ini lah pertama kalinya saya jatuh cinta dengan keindahan bawah laut. Ibarat
teaser sebuah film, waktu itu saya mencoba alat snorkeling secara perdana dengan
menyewa ke penjaga pantai sebesar Rp50.000,00. Megap-megap panik karena tidak
biasa bernapas dengan alat dan hampir menyerah juga karena takut dan merasa sendirian sementara teman-teman saya pada saat itu sudah melayang jauh ke arah tengah laut. Syukur alhamdulillah akhirnya saya bisa mengontrol
diri saya.
Sungguh
sebuah rasa syukur, panorama yang biasa saya nikmati dari layar kaca kini ada
tepat di bawah mata memandang. Begitu terpukau melihat pemandangan di sekitar, waktu
itu saya sampai lupa waktu kalau alat snorkeling tersebut cuma bisa disewa
per-1 jam. Itu adalah pengalaman yang sangat menakjubkan bagi saya yang membuat
saya makin cinta pada laut dan bawah lautnya.
pemandangan dari Pulau Tangkil ke Pantai Mutun |
Kembali ke
Pantai Mutun pada Juni 2019.
Ada banyak
aktifitas yang dapat dilakukan di Pantai Mutun, di antaranya kita bisa mengikuti permainan ekstrim seperti naik Banana Boat, atau main di waterboomnya pantai mutun. Yup, ini satu-satunya pantai yang aku temui memiliki waterboom dengan perosotan yang langsung ke atas air lautnya. Kalau tidak suka naik banana boat dan main air di waterboom, kita bisa berenang di pantai, menikmati kudapan ringan hingga berat khas tepi pantai, bahkan kita bisa snorkeling juga meski pemandangan bawah laut di sekitar pantainya cuma pasir dan alga liar 😁
Dan satu lagi yang paling penting di era sekarang, bisa banget untuk banyak berswafoto karena ada banyak spot dengan pemandangan bagus untuk diabadikan.
Dan satu lagi yang paling penting di era sekarang, bisa banget untuk banyak berswafoto karena ada banyak spot dengan pemandangan bagus untuk diabadikan.
Asyiknya main Banana Boat dan Donat di P. Tangkil |
Kami keluar
dari Pantai Mutun saat itu lepas magrib dan berjalan menuju kota Bandar Lampung dalam
keadaan gelap. Pun kalau sobat ngeluyur belom mau balik dan ingin lebih lama menikmati Pantai Mutun, bisa juga sambil menikmati makan malam di sini. Karena pantai sesungguhnya buka 24 jam. Tapi jangan lupa untuk selalu jaga keselamatan, jangan berenang dalam keadaan gelap tanpa bimbingan dan pengawasan profesional.
Perjalanan kami di Kabupaten Pesawaran hari itu kami tutup dengan makan sup daging yang menurut saya aduhai enaknya dengan daging yang cukup banyak di perjalanan pulang ke kota untuk menyambut esok pagi untuk One Day Pahawang Trip.
Jadi bagi kalian yang mungkin suatu saat nanti terdampar di Bandar Lampung selama beberapa jam mungkin Pantai Mutun bisa menjadi salah satu pertimbangan destinasi melepas bosan di sana. Tentu masih ada beberapa pantai beken yang bisa jadi pilihan juga selain pantai ini, misalnya pantai Sariringgung yang sempat booming beberapa waktu lalu, atau Tegalmas dan tetangganya yang lain yang tidak kalah indah. Tapi kalau saya pribadi saya akan lebih memilih pantai ini karena di sini terlihat lebih asri, jauh lebih alami dibanding yang sudah dikelola swasta dan terasa lebih nyaman dirasa di hati.
Perjalanan kami di Kabupaten Pesawaran hari itu kami tutup dengan makan sup daging yang menurut saya aduhai enaknya dengan daging yang cukup banyak di perjalanan pulang ke kota untuk menyambut esok pagi untuk One Day Pahawang Trip.
si cabe rawit busuk nulis nama2 mantan pacarnya di SMP (-_-") |
Apakah mungkin saya menjadi inspirasi dari penulisan blog ini? Hhahah
BalasHapuswah ada mbaknya mampir. Gimana kabar blog mbaknya http://tellingcici.blogspot.com/ ?
Hapus