Fun Trip Ke Gunung Kaba (lagi) - Trip 26-29 Mei 2022 - Part 1

 

Sunrise dari salah satu sisi puncak G. Kaba

Ini bukan pertama kalinya saya ke Lubuklinggau.

Sebuah kota yang indah yang dikelililingi sungai-sungai yang menyegarkan raga.

Sebuah kota yang indah dengan perbukitannya yang memanjakan mata.

Sebuah kota yang indah dengan penduduknya yang ramah tamah lagi bersahaja.

Sebuah kota yang indah dengan keunikan dan ciri khasnya tersendiri yang tidak akan mudah untuk digambarkan dengan kata-kata.

Sebuah kota yang akan selalu dirindu untuk kembali ke sana.

Dan, sebuah kota yang akan selalu dikunjungi untuk membuka sebuah perjalanan yang indah, menyegarkan, menyenangkan, dan menegangkan di Bumi Raflesia – Provinsi Bengkulu.

==========================

Wajah lelah nahan muntah :lol

Setelah lebih kurang 9 jam menghabiskan waktu dengan jalan darat ditemani irama mual dan muntah rekan-rekan kami di belakang, akhirnya kami tiba di kota Lubuklinggau sekitar pukul 06.00 wib. Kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Padang Ulak Tanding untuk bertemu salah satu rekan kami yang memang tinggal di sana untuk kemudian nanjak bareng ke Gunung Kaba.

Tips 1:

untuk perjalanan darat dari Palembang sangat disarankan untuk memilih rute Palembang-Indralaya-Prabumulih-Muara Enim-Lahat-Empat Lawang-Musi Rawas-Lubuklinggau, dibandingkan melalui rute Palembang-Banyuasin-Musi Banyuasin-Musi Rawas-Lubuk Linggau. Karena rute tersebut meski lebih panjang tapi jalan yang dilalui lebih mulus dibanding melalui Musi Banyuasin dengan jalan yang sangat rusak.

Memaksakan melalui Musi Banyuasin hanya akan memperlambat laju kendaraan (hanya 10-30 kmph) dengan resiko mobil patah as dan rusak kaki-kakinya.


Halaman depan di rumah teman kami yang bikin iler netes pengen nyebur

 Fokus utama kami di perjalanan kali ini ada 2.

  1. Menuju kota Curup di Kabupaten Rejang Lebong untuk kembali menyambangi Gunung Kaba (warga lokal menyebutnya sebagai Bukit Kaba) dengan kawahnya yang eksotis dan indah, serta
  2. Menjamah sungai perawan di kawasan Kabupaten Lebong (a.k.a ber-rafting ria)

 

== DAY 1 ==

Gunung Kaba (Bukit Kaba).

3 tahun sejak terakhir berkunjung ke gunung ini ternyata sudah ada banyak sekali perubahan yang mengarah ke hal positif dan lebih baik. Utamanya terlihat pada posko pendakian.

Sebelumnya posko ini masih berupa bangunan tidak permanen dan terkesan seadanya. Namun sekarang sudah berubah menjadi gedung yang apik, bersih, dan dilengkapi ruang salat serta fasilitas lainnya termasuk MCK (yang memang telah tersedia sebelumnya) dan dilengkapi dengan bale luar ruangan untuk beristirahat setelah lelahnya turun gunung.



Di area posko Gunung Kaba

Sebelum memulai pendakian, seperti biasa kita harus registrasi peserta dan membayar uang retribusi. Tenang retribusi ini resmi dan ini bersifat wajib untuk semua pendaki. Jadi tidak ada pihak yang dirugikan dan kita juga membantu perawatan dan pengembangan kawasan wisata alamnya.

Registrasi data pendaki ini sangat penting. Ini nantinya akan sangat berguna apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Melalui data peserta pada saat registrasi tim SAR akan memilik data peserta pendaki dan mengetahui rute mana yang diambil oleh pendakinya.

Biaya retribusi senilai Rp12.500,00/orang dewasa untuk hari Senin s.d. Jumat, dan Rp15.000,00/orang dewasa untuk hari Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional. Biaya ini sudah termasuk retribusi untuk BKSDA & asuransi kecelakaan. Yah kita tidak pernah tahu kapan musibah akan terjadi, jadi alangkah baiknya kita sudah melindungi diri kita secara finansial untuk menghadapi hal tersebut untuk kemudahan di kemudian hari.

Anak-anak di bawah 8 tahun dan masih dalam pengawasan orang tua, menjadi tanggung jawab orang tua dan masih belum dikenakan pungutan biaya. Kebetulan rekan kami dari Padang Ulak Tanding juga mengajak putranya yang baru bersekolah dasar dan tidak terkena retribusi juga.


Mulai nanjak

Ada dua jalur yang bisa dilalui untuk mendaki Gunung Kaba, melalui jalur hutan atau melalui jalur aspal. Jujur saja saya belum pernah melalui jalur aspal, tapi konon katanya jalur aspal ini tidaklah mulus tapi tetap bisa dilalui oleh kendaraan bermotor roda dua hingga pelataran kaki puncak gunung.

Kita pun bisa menyewa ojek ke puncak dengan tarif Rp100.000,00 untuk pergi-pulang, dan Rp60.000,00 untuk satu kali jalan baik ke puncak atau turun. Tentu ini sangat membantu bagi yang ingin menikmati pemandangan menakjubkan kawah G. Kaba tapi merasa sulit untuk berjalan kaki menanjak. Atau bagi rombongan yang memiliki personil yang merasa tidak kuat untuk turun gunung kita bisa menelepon posko untuk dikirimkan ojek ke puncak dan turun leye2 duduk di motor untuk kemudian ketemu dengan rombongan yang berjalan kaki di posko.

Menelepon? Yup, menelepon.

Kalian tidak salah denger koq.

Meski yah, signalnya bukan 4G juga, tapi di G. Kaba kita memiliki signal ponsel di hampir semua area gunung. Kecuali di saat pendakian melalui jalur hutan di area saat pepohonannya sangat rimbun atau saat kita sedang melewati lembah sehingga signal terhalang punggungan gunung. Jadi bagi yang ingin segera berbagi keindangan pemandangan gunung melalui media sosial atau yang mau track jalur pendakiannya melalui aplikasi Strava ya bisa banget. Tidak perlu menunggu turun gunung.

Jalur pendakian via jalur hutan memiliki jalan setapak yang sangat bersih dan mudah untuk dilalui. Insha Allah kita tidak akan tersesat meski nanjak di malam hari asal kita jangan sotoy dan keluar dari jalur pendakian.

Jalannya juga cukup landai dan cukup banyak bonusnya (istilah para pendaki saat bertemu jalur rata setelah tanjakan berat). Gunung yang sangat cocok untuk rekreasi dan wisata alam, atau bagi orang-orang yang baru mulai belajar mendaki gunung.


Baru start udah gempor. hahaha

Seperti di gunung-gunung lainnya, saat nanjak sesekali kita akan berpapasan dengan rombongan pendaki lainnya baik yang berasal dari sekitar kota Curup atau bahkan dari Provinsi sekitar. Beberapa dari mereka akan menggunakan pakaian dan peralatan lengkap, dan beberapa lainnya akan seadanya bahkan tidak menggunakan alas kaki. Jangan lupa untuk saling sapa ya…

Waktu yang dibutuhkan dalam pendakian G. Kaba adalah sekitar 1,5-2 jam dengan kecepatan standar, atau 3-4 jam dengan kecepatan lemot dan banyak istirahatnya. Kayak koneksi internet si BUMN saat sore menjelang malam. Suka bikin kesel meski aku tetep setia pake sejak jaman SMA!!!

Banyak pepohonan yang menjadi kanopi yang meneduhi perjalanan kita sehingga tidak perlu takut tersengat panas matahari meski hari itu udara sangat panas dan keringat bercucuran mengalir di antara paha dalam celana. Ea…

Semakin ke atas maka udara akan terasa semakin sejuk.

 


Maapkeun karna fotonya punggungan orang semua

Tips 2:

Jangan kenakan jaket dan pakaian tebal serta berbahan katun pada saat mendaki, karena pakaian yang kita kenakan akan lembab oleh air keringat. Dan hal itu hanya akan makin membuat kita merasa tidak nyaman dan meriang kedinginan dengan kombinasi pakaian yang basah dan udara yang semakin mendingin. Selain itu, dikhawatirkan nantinya kita tidak akan bisa mengenakan jaket di malam hari saat kita akan benar-benar membutuhkannya untuk menghangatkan tubuh.

Kaos berbahan parasut dry fit (saya kurang tau jenis bahan apa ini) atau pakaian olahraga secara umum yang ada di pasaran sangat dianjurkan karena akan sangat mudah menguapkan air keringat dan otomatis cepat kering dan tidak membuat kita merasa kedinginan. Jenis pakaian ini sangat cocok dikenakan saat mendaki gunung atau aktifitas yang mengundang banyak keringat lainnya.

=== Mitos di Gunung Kaba ===

Seperti di gunung-gunung lainnya yang ada di Indonesia, G. Kaba juga memiliki legenda dan mitosnya tersendiri. Mitos ini selalu dikaitkan dengan legenda keberadaan makhluk-makhluk astral yang menghuninya.

Sebut saja tiga nama yang cukup terkenal oleh warga lokal yakni, Malim Bagus, Elang Berantai, dan Putri Saudari Kandang. Masing-masing berbagi area kekuasaan di Kawasan gunung Kaba. Malim Bagus dan Elang Berantai menguasai wilayah puncak gunung, sementara Putri Saudari Kandang menguasai area kaki gunung. Nanti kapan-kapan kalau tidak males dan memiliki sumber literasi yang cukup saya akan buatkan satu postingan khusus untuk membahas hal ini.



Terlepas dari adanya mitos-mitos tersebut dan seberapa percaya atau tidaknya kita terhadap kisah-kisah seperti ini, yang penting kita harus bisa menjaga diri dari melakukan hal-hal yang tidak baik dan berkata hal-hal yang mubazir. Karena kenapa tidak? Kenapa harus melakukan hal-hal buruk dan mubazir ketika kita bisa memilih untuk berperilaku baik terlepas dimana lokasi kita berada saat itu.

Satu hal yang pasti bahwa kita (terutama umat Islam) diajarkan untuk percaya pada keberadaan hal-hal gaib sebagai bagian dari keimanan kita. Kita percaya mereka ada, tapi mereka tidaklah punya kuasa untuk mencelakai kita melainkan untuk membuat kita bingung dan ragu pada keimanan kita sendiri dengan merasa takut kepada hal selain Allah.

Allah telah menciptakan umat manusia sebagai ras tertinggi yang bahkan iblis hingga didepak dari surga yang telah menjadi rumahnya setelah sekian lama hanya karena tidak mau bersujud kepada Adam (manusia). Jadi tidak semestinya kita merasa gentar lantaran keberadaan mereka apalagi hanya berdasarkan cerita rakyat yang bisa jadi memang sengaja diciptakan orang terdahulu agar bisa menjadi pelajaran yang dipetik oleh kita di masa sekarang supaya bisa menjadi orang yang lebih baik.

 


Mau tau kelanjutan perjalanan kami dan betapa indahnya kawah mati dan kawah hidup di gunung Kaba? Cek Part 2

Komentar